KEBERSAMAAN
DALAM KEBERAGAMAN
DI
DILLING TEAM SITE, UNMIS (SUDAN)
Dilling,
Sektor IV Kadugli, UNMIS Sudan, November 2009.
Setelah kurang lebih satu bulan di Sudan dan selesai mengikuti induction
training di UNMIS HQ Khartoum, maka saya mulai aktif beroperasi di Team Site
Dilling di Sektor IV Kadugli, sekitar 900 Km arah selatan Khartoum (Ibu Kota
Sudan), dan merupakan salah satu daerah yang bisa dijangkau dari Khartoum dengan
kendaraan umum seperti bus-bus besar antar kota karena dilalui oleh
satu-satunya jalan utama antar kota yang cukup bagus (untuk ukuran Sudan) yang
berakhir di kota Kadugli sebagai ibukota sektor IV UNMIS sedangkan Kota Dilling
sendiri sekitar 100 Km sebelum Kadugli.
Situasi keamanan saat itu secara umum kondusif dan terkendali karena
yang pertama mengingat kedua faksi militer yang bertikai (SAF - Sudan Arm Forces dan SPLA - Sudan People Liberation Army) sama-sama
berupaya menjaga kondisi kemanan stabil dan terkendali menjelang Pemilu 2010
dan terealisasinya jejak pendapat 2011 yang akan menentukan nasib wilayah Sudan
Selatan yang dikuasai SPLA, yang kedua karena di kota Dilling ini hanya ada
satu faksi yang secara umum memegang kendali yaitu dari SAF, sedangkan SPLA
hanya eksis di satuan JIU (Joint Integrated Unit, sebagai cikal bakal tentara
nasional Sudan jika hasil referendum memutuskan Utara dan Selatan tetap
bersatu) yang berkekuatan setingkat 1 (satu) batalion gabungan antara SAF dan
SPLA, sehingga hal ini turut membantu terjaganya situasi dan kondisi keamanan
di Dilling dan sekitarnya. Seperti
biasa, untuk personel baru, diberikan waktu dan kesempatan untuk melakukan
orientasi dan beradaptasi / menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan pekerjaan selama kurang lebih satu minggu
dengan dibimbing oleh rekan-rekan sesama Milobs yang sudah terlebih dahulu
aktif di Team Site. Kebersamaan sebagai
sesama Military Observer yang bertugas di daerah operasi sangat terasa,
walaupun kami datang dari berbagai bangsa dan negara namun rasa persahabatan
yang hangat dan erat langsung terasa sejak pertama menginjakkan kaki di Team
Site. Perbedaan budaya dan adat istiadat tidak
menjadi penghalang bagi terjalinnya hubungan persahabatan yang baik, bahkan
justru bisa menjadi modal untuk lebih mempererat hubungan dengan sharing,
saling mempelajari tradisi dan budaya satu sama lain, sehingga pada masa-masa
awal kedatangan setiap Milob baru diminta menyampaikan paparan singkat tentang
apa dan bagaimana negara asalnya (country presentation). Jumlah Milobs sendiri saat itu di Team Site
ini sebanyak 15 orang yang datang dari Fiji, Indonesia, Kenya, Mesir, Pakistan,
Peru, Swedia, Yaman dan Zimbabwe dengan 1 (satu) kompi TCC yang berasal dari
Mesir dan 1 (satu) regu prajurit Senkom dari India.
Patroli
pertama. Sebagai Milob
baru maka pada tahap awal saya diikutkan dalam patroli reguler sebagai pengamat
saja agar dapat mempelajari dan mengikuti apa yang harus dikerjakan selama
melaksanakan patroli. Tujuan patroli
saat itu adalah sebuah desa yang terletak sekitar 20 Km Utara Dilling dengan
misi VSA (Village Security Assesment) guna memperoleh informasi yang terkait
dengan situasi keamanan terkini di sekitar wilayah tersebut. Pagi itu sekitar pukul 9 waktu setempat, 18
November 2009, dipimpin oleh Team Site Leader saat itu yaitu Kapten Fijian
Army, Lepani Damuni, kami berangkat ke desa Shonjokaiya menggunakan dua
kendaraan patroli dengan komposisi 4 Milobs, 2 National Monitor (masing-masing
dari SAF dan SPLA) serta 1 orang Language Assistan (Penerjemah). Peran LA disini sangat penting, selain
sebagai penghubung komunikasi dengan masyarakat setempat, juga sebagai penunjuk
jalan yang handal karena memang mereka direkrut oleh UN dari penduduk lokal
yang berpengalaman dan tahu wilayah tersebut, sehingga oleh para Milobs mereka
disebut sebagai “living GPS” karena kemampuan mereka tersebut. Kami tiba di desa tersebut sekitar 15 menit
kemudian dan kami menuju ke kediaman kepala desa yang kebetulan saat itu tidak
berada di tempat karena sedang ke ladang dan kami diterima oleh anak beliau
yang kemudian meminta kami menunggu sementara dia memanggil orang tuanya. Kami pun menunggu sekitar 10 menit sampai
sang Kepala Desa datang dan menyambut kami dengan penuh keramahan di “balai
desa” nya yang sangat sederhana dan lebih menyerupai gubuk namun terbukti cukup
ampuh menahan panas dan teriknya matahari Sudan. Sambil berbincang-bincang, kami pun
disuguhkan minuman air putih (yang tidak bening) dengan cara unik yaitu dari
satu teko air dan satu gelas, sehingga ditawarkan secara bergiliran karena
harus bergantian, memang air bersih menjadi masalah yang umum di sana sehingga
cukup sulit di peroleh. Kemudian
setelah selesai wawancara dan memperoleh informasi yang dicari, kami pun
kembali disuguhkan makanan khas Sudan yang ternyata dipersiapkan selama kegiatan
perbincangan kami berlangsung, yaitu bubur kental disebut aseeda yang berbahan
dasar sorgum. Lagi-lagi yang bikin
terkejut adalah cara penyajian dan cara memakannya, disajikan dalam satu tempat
dan dimakan bersama-sama tanpa sendok ataupun alat bantu lainnya, kebayangkan
bagaimana rasanya bagi orang yang pertama kali melihat, merasakan dan
melakukannya. Rekan-rekan Milobs yang
lain pun memaklumi nya karena mereka juga waktu pertama kali merasakan hal yang
sama, namun kini sudah terbiasa dan bahkan bisa menikmatinya, kata mereka,yang
penting adalah kita yakin dan percaya bahwa yang kita makan itu sehat dan aman
maka tidak akan terjadi masalah yang berarti, jadi tidak perlu pusing
memikirkan hygienis dan kebersihan, karena itu sulit ditemukan di hampir
sebagian besar wilayah kota dan pedesaan Sudan, toh selama ini terbukti jarang
sekali ada Milobs yang mengalami sakit perut ataupun diare selama bertugas di
Sudan. Bahkan setelah sekian lama
tinggal di Dilling, semua rumah makan di sana tidak ada yang menyediakan
sendok, garpu ataupun alat bantu makan lainnya, jadi semuanya memakai tangan
langsung. Memang kita disediakan tempat
untuk mencuci tangan lengkap dengan sabun nya, namun jangan sekali-kali melihat
bagaimana air di dalam wadah tempat cuci tangan tersebut, karena bisa-bisa kita
malah tidak jadi mencuci tangan kita. Menikmati
makanan bersama saat melaksanakan patroli sudah menjadi hal yang lumrah dan
menjadi kebiasaan yang baik antara sesama Milobs karena terbukti dapat saling
mendekatkan diri satu dengan lain dan menumbuhkan kebersamaan, bahkan bila
memang harus makan di ‘warung sekalipun kita terbiasa patungan untuk membayar
makanan tersebut dan menikmatinya bersama-sama dalam satu wadah dan (lagi-lagi)
dengan tangan tentunya.
Patroli berdurasi lama
pertama. AOR (Area Of
Responsibility) Dilling Team Site sebenarnya tidak terlalu luas bila
dibandinglan dengan Team Site di sektor-sektor lain, dan hampir semua bisa
dijangkau dengan perjalanan darat bila di musim kemarau dimana jalan alami yang
ada masih bisa dilalui kendaraan roda empat, sehingga untuk tujuan patroli
dengan obyek terjauh pun bisa dilaksanakan dalam satu hari saja pulang pergi
dengan asumsi tidak ada kendala teknis maupun non-teknis selama
perjalanan. Jadi untuk kegiatan patroli
jarak jauh (Long Range Patrol) dilaksanakan satu hari penuh tanpa bermalam,
bandingkan dengan Team Site Yambio di Sektor I yang harus bermalam dan
melaksanakan patroli jarak jauh selama 3 – 5 hari untuk mencapai sasaran
terjauh dalam AOR nya. Namun pada awal
tahun 2010, Sektor IV mengeluarkan kebijakan agar setiap Team Site melakukan
Patroli Jarak Jauh selama minimal 3 hari tanpa kembali lebih dulu ke Team Site
(dengan kata lain harus bermalam), sehingga Dilling Team Site harus
mengkombinasikan beberapa patroli jarak jauh dengan sasaran-sasaran yang diatur
sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan dalam waktu 3 hari
terus-menerus. Untuk menyesuaikan
perubahan kebijakan patroli agar dapat mengakomodir permasalahan seperti yang
dialami Dilling Team Site, maka dikemudian hari Sektor HQ menambah klasifikasi
patroli dari yang awalnya hanya berdasarkan jarak (Range) menjadi ditambah
berdasarkan lamanya (Duration), sehingga Long
Range Patrol (LRP) dapat menjadi Long
Duration Patrol (LDP) bila dilihat dari hari pelaksanaannya. Patroli berdurasi 3 hari 2 malam yang
pertama yang dilaksanakan oleh Dilling Team Site adalah pada bulan Februari
2010, dengan menggabungkan / mengkombinasikan beberapa patroli menjadi satu
dengan beberapa sasaran yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat dicapai
dalam satu rangkaian perjalanan, yaitu Al Guinai, Umm Barambita, Delami,
Kurtala hingga Habila, dengan total jarak yang ditempuh sekitar 252 Km, dan
melaksanakan beberapa macam misi mulai Monitoring
and Verification (M&V), Military
Inspection (MI) ke beberapa unit satuan militer dari SAF dan JIU, VSA ke
beberapa desa setempat, hingga Road Recce
dan Security Assessment sepanjang
rute yang dilalui. Patroli nya sendiri
dimulai pada tanggal 16 Februari 2012 dan berangkat dari Team Site sekitar
pukul 09.00, beranggotakan 4 Milobs (termasuk saya), 2 National Monitor dari
SAF dan SPLA, seorang LA, serta 7 personel TCC untuk pengawalan, sedangkan
susunan kendaraan terdiri dari 2 mobil patroli Milobs, 1 kendaraan kawal serta
1 truk kecil TCC untuk logistik. Kalau
untuk tugas-tugas patroli kita sebelum berangkat sudah membagi tugas secara
merata untuk semua Milobs yang ikut dan sudah merupakan tugas rutin yang biasa
dilakukan sehingga tidak akan menemui kendala yang berarti di lapangan, namun
yang menjadi pengalaman tersendiri yang menarik adalah suasana perjalanan dan
kebersamaan antara sesama rekan yang sangat terasa dan hangat
karena ini merupakan kegiatan Long
Duration yang pertama bagi semua Milobs di Dilling TS. Rute perjalanan yang cukup jauh dan berat
menjadi tidak terasa dan terbayar dengan pengalaman berharga yang diperoleh
serta kebersamaan yang terjalin sepanjang perjalanan, waktu istirahat pun
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk saling bertukar pengalaman dan berbagi cerita
sambil menikmati makanan sekedarnya, terimakasih untuk TCC yang dengan senang
hati berbagi makanan ransum yang sebenarnya menjadi bekal mereka dan ini
merupakan salah satu bentuk kebersamaan.
Tempat istirahat yang ada pun seolah berubah menjadi tempat piknik atau
wisata yang menyenangkan, seperti terlihat dalam foto dimana salah satu
lokasinya sebenarnya adalah sebuah sungai hujan yang sedang kering karena musim
kemarau namun menjelma menjadi tempat istirahat yang teduh dan nyaman
terlindung dari teriknya matahari Sudan. Tempat bermalam kami pun lumayan baik dan
layak karena didukung sepenuhnya oleh pemerintah daerah setempat dengan
memanfaatkan fasilitas pribadi maupun publik yang ada seperti rumah kosong
milik kepala desa setempat saat bermalam di Umm Barambita dan di halaman rumah
salah satu mantan Perwira SAF yang cukup luas saat bermalam di Delami. Patroli berjalan dengan lancar sampai
dengan hari terakhir pada tanggal 18 Februari 2010, dan kami tiba kembali di
Dilling TS sekitar pukul 4 sore waktu setempat.