First: Become an OFFICER, And Then: Become a MANAGER, But the Last: Become ... an ADMINISTRATOR
No One Live Forever

Senin, Oktober 10, 2011

Kontingen Garuda XXXII-A MINUSTAH Berangkat ke Haiti



Kompi Zeni TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda XXXII-A yang akan melaksanakan tugas pemeliharaan perdamaian di bawah misi PBB : MINUSTAH-Haiti, telah berangkat menuju Port-Au-Prince Haiti melalui Bandara Halim PK Jakarta, pada hari Senin malam tanggal 3 Oktober 2011 dengan menggunakan pesawat sipil yang disewa oleh PBB , setelah sebelumnya pada pagi hari sekitar pukul 10 dilepas secara resmi oleh Panglima TNI melalui upacara pemberangkatan yang dilaksanakan di Lapangan Apel Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur.
Kontingen yang berjumlah total 167 orang tersebut akan melaksanakan tugas membantu pemulihan kondisi fisik dan keamanan di Haiti yang selain masih dalam kondisi peyelesaian krisis perselisihan antar kelompok internal namun juga saat ini masih belum pulih akibat bencana gempa bumi dahsyat beberapa waktu lalu yang tidak hanya mengakibatkan korban jiwa dan harta benda bagi masyarakat Haiti namun juga bagi misi MINUSTAH itu sendiri, sehingga misi PBB di sana merasa perlu meminta bantuan tambahan pasukan peacekeeping yang berkualifikasi konstruksi bangunan guna membantu proses rehabilitasi pasca bencana yang terjadi, dan reputasi pasukan peacekeeping Indonesia yang baik (salah satunya berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh pasukan Kompi Zeni di MONUC, Kongo), membuat PBB mengajukan penawaran kepada Indonesia untuk mengirimkan pasukannya. Indonesia, dalam hal ini TNI, menyambut baik penawaran tersebut dan menindaklanjutinya hingga akhirnya memberangkatkan pasukan tersebut beberapa hari yang lalu setelah melalui persiapan selama kurang lebih setahun sejak penawaran tersebut diterima.
Ini adalah pasukan TNI pertama yang dikirim dan bergabung dengan misi MINUSTAH di Haiti, sehingga memiliki tantangan yang cukup berat untuk menjawab kepercayaan PBB dan membuktikan kemampuan dan reputasi yang sudah dimiliki pasukan peacekeeping TNI selama ini, namun hal itu tidak menjadi hambatan namun justru menjadi pemicu bagi pasukan TNI untuk bekerja dengan sebaik-baiknya dan menjawab tantangan yang ada, memang bukan hal yang mudah namun juga bukan merupakan sesuatu yang sulit untuk diwujudkan apalagi dengan dedikasi dan profesionalisme pasukan TNI yang sudah teruji dan diakui PBB. Selamat jalan kontingen Garuda XXXII-A, selamat berjuang dan bertugas sebagai duta-duta bangsa kebanggaan Indonesia, serta kibarkan terus Merah Putih kapanpun dan dimanapun berada dan bertugas... SALAM GARUDA !!!

-fby-

Kamis, September 08, 2011

Daftar Kebutuhan Jurusan Program Studi Penerimaan Pa PK 2011

Untuk calon Pa PK Pria

A. Fakultas Kedokteran

1. Kedokteran Umum: untuk lulusan S1, dibutuhkan 12 untuk AD; 13 untuk AL; 2 untuk AU
2. Kedokteran Gigi: untuk lulusan S1, dibutuhkan 2 untuk AD dan 4 untuk AL
3. Kedokteran Hewan: dibutuhkan 1 untuk AD

B. Fakultas Kesehatan

4. Radiologi/penata rontgent: dibutuhkan 1 lulusan D3 untuk AL
5. Perawat: dibutuhkan 2 lulusan D3 untuk AD
6. Fisioterapi: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL
7. Refraksi mata: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL
8. Elektro medis: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU

C. Fakultas Mipa
9. Farmasi/Apoteker: dibutuhkan 3 lulusan S1 untuk AL
10. Fisika: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU
11. Statistik: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU

D. Fakultas Ilmu Komputer
12. Teknik Komputer: untuk lulusan S1, dibutuhkan 2 untuk AD dan 1 untuk AU; untuk lulusan D3, dibutuhkan 1 untuk AL
13. Teknik Informatika: untuk lulusan S1, dibutuhkan 2 untuk AD; 1 untuk AL; 2 untuk AU
14. Sistem Informasi: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL
15. Ilmu Komputer: dibutuhkan 1 lulusan D3 untuk AL

E. Fakultas Ilmu Kelautan
16. Kartografi: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL
17. Oceanografi: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL

F. Fakultas Teknik
18. T. Mesin: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AD
19. T. Mesin Konstruksi: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU
20. T. Mesin Kapal: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL
21. T. Elektro/Arus Kuat: dibutuhkan lulusan S1 masing-masing 1 untuk AD, AL dan AU
22. T. Elektro/Arus Lemah: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AD
23. T. Sipil: dibutuhkan lulusan S1 masing-masing 1 untuk AD, AL dan AU
24. T. Arsitektur: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU
25. T. Geodesi: dibutuhkan masing-masing 1 lulusan S1 untuk AD dan AU
26. T. Geologi: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AD
27. T. Kimia: dibutuhkan masing-masing 1 lulusan S1 untuk AD dan AU
28. T. Industri: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL
29. T. Aeronautika/Avionik: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU
30. T. Meteorologi & Geofisika: dibutuhkan 2 lulusan S1 untuk AU
31. T. Perkapalan: dibutuhkan 2 lulusan D3 untuk AL
32. T. Sistem Perkapalan: dibutuhkan 1 lulusan D3 untuk AL

G. Fakultas Sastra
33. Inggris: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL

H. Fakultas Fisip/Sospol
34. Perpustakaan: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU
35. Ilmu Komunikasi: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU
36. Hub. Internasional: dibutuhkan 2 lulusan S1 untuk AU

I. Fakultas Psikologi
37. Psikologi/psikolog: dibutuhkan masing-masing 1 lulusan S1 untuk AD dan AL

J. Fakultas Ilmu Hukum
38. Hukum Perdata: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL
39. Hukum Internasional: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL
40. Ilmu Hukum: dibutuhkan 4 lulusan S1 untuk AD dan 1 lulusan S1 untuk AU

K. Fakultas Ekonomi
41. Akuntansi: untuk lulusan S1, dibutuhkan 4 untuk AD; 1 untuk AL; 1 untuk AU
42. Manajemen: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU

L. Fakultas Pendidikan
43. Dik Orkes: dibutuhkan masing-masing 1 lulusan S1 untuk AL dan AU
44. Dikdaktik/Kurikulum: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU
45. Administrasi Pendidikan: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL

M. Fakultas Agama
46. Dakwah: dibutuhkan lulusan S1 masing-masing 1 untuk AD, AL dan AU
47. Theologia Katholik: dibutuhkan lulusan S1 masing-masing 1 untuk AL dan AU
48. Hindu: dibutuhkan lulusan S1 masing-masing 1 untuk AL dan AU

N. Fakultas Lain-lain
49. Musik: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AD
50. Sandi Negara: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU
51. PLLU/ATC: dibutuhkan 2 lulusan S1 untuk AU

Untuk calon Pa PK Wanita

A. Fakultas Kedokteran

1. Kedokteran Umum: untuk lulusan S1, dibutuhkan 2 untuk AD; 2 untuk AL; 2 untuk AU
2. Kedokteran Gigi: untuk lulusan S1, dibutuhkan 1 untuk AL dan 1 untuk AU

B. Fakultas Kesehatan
3. Perawat: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL
4. Kebidanan: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AL

C. Fakultas Sastra
5. Inggris: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU

D. Fakultas Fisip/Sospol
6. Ilmu Komunikasi: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU

E. Fakultas Psikologi
7. Psikologi/psikolog: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AD

F. Fakultas Hukum
8. Ilmu Hukum: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU

G. Fakultas Ekonomi
9. Akuntansi: untuk lulusan S1, dibutuhkan 1 untuk AD dan 1 untuk AU
10. Manajemen: dibutuhkan 1 lulusan S1 untuk AU

-fby

Penerimaaan Perwira PK TNI tahun 2011

Dalam memenuhi kebutuhan Prajurit Karier TNI, khususnya Perwira, maka salah satu jalan yang ditempuh TNI adalah melalui pendidikan pertama Perwira Prajurit Karier (Dikmapa PK) yang mengambil sumber dari lulusan Perguruan Tinggi dengan jurusan/program studi menyesuaikan kebutuhan organisasi TNI.
Untuk tahun anggaran 2011 ini, penerimaan Pa PK akan dimulai dengan tahap pendaftaran calon mulai tanggal 12 September s/d 7 Oktober secara serentak di hampir seluruh wilayah Indonesia.  Adapun persyaratan calon adalah sebagai berikut:
1.    WNI pria/wanita, bukan prajurit TNI, anggota Polri maupun PNS
2.    Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
3.    Setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
4.    Berijazah serendah-rendahnya D3 sesuai kebutuhan angkatan
5.    Berumur setinggi-tingginya 25 tahun bagi yang berijazah D3, dan 27 tahun yang berijazah S1, dan 32 tahun bagi yang berijasah Profesi, pada saat pembukaan pendidikan pertama
6.    Persyaratan IPK untuk jurusan/program studi akreditasi "A" tidak kurang dari 2,40 untuk yang berijazah profesi; 2,80 untuk yang berijazah Sarjana (S1); 2,70 untuk yang berijazah Diploma (D3); persyaratan IPK untuk jurusan/program studi akreditasi "B" ditambah 0,20 dan akreditasi "C" ditambah 0,40
7.    Berstatus belum pernah menikah dan sanggup tidak menikah selama mengikuti pendidikan pertama, kecuali untuk pendaftar berprofesi Dokter Umum diperbolehkan sudah menikah namun belum mempunyai anak dan sanggup tidak mempunyai anak/hamil selama dalam pendidikan pertama
8.    Tidak kehilangan hak untuk menjadi prajurit TNI, berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
9.    Sehat jasmani, rohani dan bebas narkoba
10.  Tinggi badan minimal 163 cm bagi pria dan 157 cm bagi wanita dengan berat badan seimbang menurut ketentuan yang berlaku
11.  Bersedia menjalani Ikatan Dinas Pertama (IDP) selama 10 tahun dihitung mulai saat dilantik menjadi Perwira TNI
12.  Bersedia ditempatkan dan ditugaskan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
13.  Tidak memiliki catatan kriminalitas yang dikeluarkan secara tertulis oleh Polri
14.  Bagi karyawan harus mendapatkan persetujuan dan sanggup membuat pernyataan diberhentikan dengan hormat dari pimpinan instansi yang bersangkutan bila lulus seleksi dan masuk pendidikan pertama TNI
15.  Lulus pemeriksaan/pengujian baik di daerah maupun di pusat yang meliputi: postur dan lahiriah; administrasi; kesehatan; kesamaptaan jasmani; psikologi dan Mental Ideologi
Untuk prospek karier kedepannya, setelah lulus dikmapa PK dan dilantik menjadi perwira dengan pangkat Letnan Dua maka akan mendapat kesempatan pengembangan karier yang sama dengan perwira lainnya.

fby-

Selasa, Agustus 16, 2011

BC-TNI SAC at PMPP TNI


British Council (BC) had given a kind of collaboration between English language laboratory and English books library called Self Access Center (SAC) to Indonesian National Defence Force (TNI) through Peacekeeping Center (PMPP), it's completed by 21 PCs with interactive software and programs for English language proficiency and improvement, and all PCs connected into local network for teaching and learning activity interactively, but the other important part is the library itself that has various good english learning books, peacekeeping english and military books for support the users. Why SAC ? because it has philosophy that the user could have access to all facility in the SAC to improve their english proficiency, including use the PC or and borrows the books freely without any pressure and doubt, and its also free for anyone who will to enter and use it, not only military personnel but also civilian. So, it hope that SAC can be the center of english proficiency in TNI generally and PMPP particularly for prepare personnel who will carry out peacekeeping mission or related activity.
The handover of SAC was held on Friday the 8th July 2011 at PMPP TNI meeting room between (from) British Defence Attache Colonel Philip James Thorpe from Embassy of United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland in Jakarta, and (to) Deputy Assistant Operation to Commander in Chief of INDF First Admiral TNI Agus Purwoto from Indonesian National Defence Force HQ (Mabes TNI). Now SAC is operational under supervision and control of Training Directorate and can be used by anyone, it placed on 2nd floor of PMPP TNI HQ on the other side of administrative and internal affairs office (Taud).

Rabu, Agustus 10, 2011

Host Instructor di GPOI PKOIC Juli 2011




Bulan lalu, telah diselenggarakan kursus GPOI United Nations Peacekeeping Operations Instructor's Course (UNPKOIC) dan United Nations Civil Military Coordination & Cooperation (UNCIMIC) bertempat di PMPP TNI Cilangkap mulai tanggal 18 s/d 29 Juli 2011. Dalam kegiatan tersebut saya bergabung dengan kursus UNPKOIC bukan sebagai peserta namun sebagai Host Instructor berdua bersama Kasubdit saya letkol Tedja (ko bisa... ???), yaitu staf instruktur lokal yang mendampingi instruktur2 asing dari GPOI. Yaa.. ini kan hanya menjalankann perintah yang sudah diberikan (melalui Dirlat), jadi mengapa tidak.. hitung2 belajar jadi instruktur berbahasa inggris sambil mengasah kemampuan berbicara dalam bahasa inggris. Mungkin kalau memberikan materi dalam bahasa indonesia sih tidak masalah walaupun dadakan dan hanya belajar dari slide, namun ini harus pakai bahasa inggris.. wah jadi mikir seribu kali sebelum tampil... apalagi di jadwal kemaren saya kebagian mengisi materi pertama setelah pembukaan dan masih kelas gabungan/besar dimana UNPKOIC dan UNCIMIC mendapatkan materi yang sama pada waktu bersamaan, yaitu Operational Environtment sebagai materi dasar atau langkah awal sebelum memasuki materi2 lainnya, dan saya baru tahu kalau materi itu penting setelah diberitahu pimpinan tim instruktur GPOI Ms. Sharon pada saat farewell dinner, dan beliau memberikan apresiasi yang baik karena 'keberanian saya dalam menyampaikan materi tersebut karena pada walnya dia kuatir saya tidak sanggup mengingat penampilan saya adalah yang pertama kali dan pentingnya materi tersebut bagi kelanjutan materi2 lainnya... Kalau soal penampilan dan kemampuan saya menyampaikan.. wah jangan dibilang deh... HANCUR!!!.. hahaha... modal nekat aja, padahal saya sudah belajar lewat catatan pada slide sehari semalem loh.. tapi apa hendak dikata, pada saat tampil semuanya "hilang" begitu saja, untung saya masih membawa print out slide notes tersebut.. jadi ya itulah yang saya baca (benar loh, saya baca itu tulisan sebisa dan sebanyak mungkin) padahal saya berbicara tanpa podium, jadi ya sambil berdiri menenteng itu tulisan di tangan.. kaya baca puisi aja.. hehehe... gak tahu deh bagaimana pendapat para peserta yang mendengarkan saya mengoceh gak karuan.. (gimana mau ngasih pendapat, lah mereka sebagian besar pada tidur semua mendengarkan suara saya :D).. sebenarnya mungkin penampilan saya bisa lebih baik sedikit bila saja sebelum saya mengajar saya tidak ikut sibukmengurusi upacara pembukaannya juga.. ya karena saya ditunjuk juga menjadi Perwira Upacara jadi sibuk sana-sini, untung saja banyak dibantu Kapten Bambang (AL) yang akhirnya menggantikan saya saat jam J nya, apalagi Irupnya adalah Asops Panglima TNI... jangan sampe deh ada teguran dari beliau.. jadi agak stress semua jadinya.. untung lah acara bisa berlangsung dengan lancar walaupun ada kekurangan disana-sini.. tapi ya imbasnya penampilan saya jadi kacau balau saat mengajar pertama... yah, wajar lah, baru pertama kali juga (walaupun setelahnya pada materi2 berikutnya gak ada perkembangan berarti :D... yang penting usaha lah). Dan saya kebagian mengajar 4 materi, seharusnya 5 namun materi logistik saya kurang merasa sreg menyampaikannya jadi saya serahkan kepada Mike untuk menyampaikannya, eh iya, di PKOIC ini saya membantu 2 (dua) instruktur GPOI yaitu Mike dari Kanada sebagai yg paling senior dan Andre pensiunan tentara dari Afrika Selatan (tapi dia White Man loh), dan mereka adalah instruktur2 yang handal dan berpengalaman sehingga saya banyak dibantu serta saya bisa memperoleh banyak pelajaran berharga dari mereka. Satu hal lagi yang membuat saya grogi adalah para peserta kursus itu sendiri, beberapa diantara mereka adalah senior dan banyak yang sudah berpengalaman dan memiliki kemampuan berbahasa inggris yang jauh lebih baik dari saya, termasuk juga beberapa teman seangkatan saya (1997) yang menjadi peserta... tapi ya sekali lagi, saya lah yang ditunjuk jadi ya siap saja melaksanakan tugas, modal nekat aja.. hehehe... Yang membuat saya sedikit berbesar hati adalah ternyata para instruktur asing dari GPOI tersebut memberikan apresiasi yang cukup baik atas penampilan pertama saya, mereka memberikan selamat dan menyalami saya setelah presentasi (mungkin mereka menyadari 'berat nya beban mental yang saya pikul saat itu.. hahaha), bahkan senior saya juga yang menjadi peserta turut memberikan selamat.. apa mungkin mereka cuma menghibur saya aja ya? karena tahu penampilan saya yang jelek...hehehe... toh tetap saya berterimakasih atas dukungan mereka tersebut, namanya juga pertama kali. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga buat saya untuk kedepannya, sebagai langkah awal sehingga saya tahu kemampuan saya sampai dimana dan berusaha memperbaiki kedepannya bila ada kesempatan lagi, yang saya yakin adalah satu hal.. bahwa semua ini baik atau buruk pasti ada hikmahnya.. siapa yang tahu dengan langkah awal ini mungkin suatu saat nanti saya bisa melanglangbuana dengan menjadi instruktur seperti Mike dan Andre... (mimpi kaleee... :D)

Itulah pengalam singkat saya menjadi instruktur di GPOI UNPKOIC, untuk materi sih tidak jauh berbeda dengan kursus GPOI UNPSOIC yang pernah saya ikuti di Halim PK tahun 2009 sebelum berangkat Milobs itu (mungkin juga pengajarnya juga sama.. saya lupa ko?). Dan saya juga mendapat sertifikat sama seperti peserta kursus. Semoga bermanfaat suatu saat nanti dan ada hikmah yang saya peroleh dari pengalaman tersebut.. amiin...

Kamis, Juni 09, 2011

Protective Intelligence Lessons from an Ambush in Mexico | STRATFOR

Protective Intelligence Lessons from an Ambush in Mexico | STRATFOR

By Scott Stewart

On the afternoon of May 27, a convoy transporting a large number of heavily armed gunmen was ambushed on Mexican Highway 15 near Ruiz, Nayarit state, on Mexico’s Pacific coast. When authorities responded they found 28 dead gunmen and another four wounded, one of whom would later die, bringing the death toll to 29. This is a significant number of dead for one incident, even in Mexico.

According to Nayarit state Attorney General Oscar Herrera Lopez, the gunmen ambushed were members of Los Zetas, a Mexican drug cartel. Herrera noted that most of the victims were from Mexico’s Gulf coast, but there were also some Guatemalans mixed into the group, including one of the wounded survivors. While Los Zetas are predominately based on the Gulf coast, they have been working to provide armed support to allied groups, such as the Cartel Pacifico Sur (CPS), a faction of the former Beltran Leyva Organization that is currently battling the Sinaloa Federation and other cartels for control of the lucrative smuggling routes along the Pacific coast. In much the same way, Sinaloa is working with the Gulf cartel to go after Los Zetas in Mexico’s northeast while protecting and expanding its home turf. If the victims in the Ruiz ambush were Zetas, then the Sinaloa Federation was likely the organization that planned and executed this very successful ambush.

Protective Intelligence Lessons from an Ambush in Mexico
(click here to enlarge image)

Photos from the scene show that the purported Zetas convoy consisted of several pickup trucks and sport utility vehicles (two of which were armored). The front right wheel on one of the armored vehicles, a Ford Expedition, had been completely blown off. With no evidence of a crater in the road indicating that the damage had been caused by a mine or improvised explosive device (IED), it would appear that the vehicle was struck and disabled by a well-placed shot from something like a rocket-propelled grenade (RPG) or M72 LAW rocket, both of which have been seen in cartel arsenals. Photos also show at least one heavy-duty cattle-style truck with an open cargo compartment that appears to have been used as a troop transport. Many of the victims died in the vehicles they were traveling in, including a large group in the back of the cattle truck, indicating that they did not have time to react and dismount before being killed.

Unlike many other incidents we have examined, such as the ambush by CPS and Los Zetas against a Sinaloa Federation convoy on July 1, 2010, near Tubutama, Sonora state, the vehicles involved in this incident did not appear to bear any markings identifying them as belonging to any one cartel. In the Tubutama incident, the vehicles were all marked with large, highly visible “X”s on the front, back and side windows to denote that they were Sinaloa vehicles.

Most of the victims were wearing matching uniforms (what appear to be the current U.S. Marine Corps camouflage pattern) and black boots. Many also wore matching black ballistic vests and what appear to be U.S.-style Kevlar helmets painted black. From the photos, it appears that the victims were carrying a variety of AR-15-variant rifles. Despite the thousands of spent shell casings recovered from the scene, authorities reportedly found only six rifles and one pistol. This would seem to indicate that the ambush team swept the site and grabbed most of the weapons that may have been carried by the victims.

Guns may not have been the only things grabbed. A convoy of this size could have been dispatched by Los Zetas and CPS on a military raid into hostile Sinaloa territory, but there is also a possibility that the gunmen were guarding a significant shipment of CPS narcotics passing through hostile territory. If that was the case, the reason for the ambush may have been not only to kill the gunmen but also to steal a large shipment, which would hurt the CPS and could be resold by Sinaloa for a substantial profit.

Whether the objective of the ambush was simply to trap and kill a Zetas military team conducting a raid or to steal a high-value load of narcotics, a look at this incident from a protective intelligence point of view provides many lessons for security professionals operating in Mexico and elsewhere.

Lesson One: Size Isn’t Everything

Assuming that most of the 29 dead and three wounded gunmen were Zetas, and that most of the 14 vehicles recovered at the scene also belonged to the convoy that was attacked, it would appear that the group believed it was big enough to travel without being attacked. But, as the old saying goes, pride goeth before destruction.

In an environment where drug cartels can mass dozens of gunmen and arm them with powerful weapons like machine guns, .50-caliber sniper rifles, grenades and RPGs, there is no such thing as a force that is too big to be ambushed. And that is not even accounting for ambushes involving explosives. As evidenced by events in places like Iraq and Afghanistan, even convoys of heavily armored military vehicles can be ambushed using large IEDs and smaller, sophisticated explosive devices like explosively formed projectiles.

There are people in both the private and public sectors who cling to the erroneous assumption that the mere presence of armed bodyguards provides absolute security. But this is simply not true, and such a misconception often proves deadly. Indeed, there are very few protective details in all of Mexico that employ more than two dozen agents for a motorcade movement — most are smaller and less well-equipped than the Zetas force that was destroyed May 27. Most protective details do not wear heavy raid vests and Kevlar helmets. This means that government and private-sector protective details in Mexico cannot depend on their size alone to protect them from attack — especially if the attackers are given free rein to conduct surveillance and plan their ambush.

In an environment where the threat is so acute, security managers must rely on more than just big men carrying guns. The real counter to such a threat is a protective detail that practices a heightened state of situational awareness and employs a robust surveillance-detection/countersurveillance program coupled with careful route and schedule analysis.

Indeed, many people, including police and executive protection personnel, either lack or fail to employ good observation skills. These skills are every bit as important as marksmanship (if not more) but are rarely taught or put into practice. Additionally, even if a protection agent observes something unusual, in many cases there is no system in place to record these observations and no efficient way to communicate them or to compare them to the observations of others. There is often no process to investigate such observations in an attempt to determine if they are indicators of something sinister.

In order to provide effective security in such a high-threat environment, routes and traveling times must be varied, surveillance must be looked for and those conducting surveillance must not be afforded the opportunity to operate at will. In many cases it is also far more prudent to maintain a low profile and fade into the background rather than utilize a high-profile protective detail that screams “I have money.” Suspicious events must be catalogued and investigated. Emphasis must also be placed on attack recognition and driver training to provide every possibility of spotting a pending attack and avoiding it before it can be successfully launched. Proper training also includes immediate action drills in the event of an attack and practicing what to do in the event of an ambush.

Action is always faster than reaction. And even a highly skilled protection team can be defeated if the attacker gains the tactical element of surprise — especially if coupled with overwhelming firepower. If assailants are able to freely conduct surveillance and plan an attack, they can look for and exploit vulnerabilities, and this leads us to lesson two.

Lesson Two: Armored Vehicles Are Vulnerable

Armored vehicles are no guarantee of protection in and of themselves. In fact, like the presence of armed bodyguards, the use of armored vehicles can actually lead to a false sense of security if those using them do not employ the other measures noted above.

If assailants are given the opportunity to thoroughly assess the protective security program, they will plan ways to defeat the security measures in place, such as the use of an armored vehicle. If they choose to attack a heavy target like the Los Zetas convoy, they will do so with adequate resources to overcome those security measures. If there are protective agents, the attackers will plan to neutralize them first. If there is an armored vehicle, they will find ways to defeat the armor — something easily accomplished with the RPGs, LAW rockets and .50-caliber weapons found in the arsenals of Mexican cartels. The photographs and video of the armored Ford Excursion that was disabled by having its front right wheel blown off in the Ruiz ambush remind us of this. Even the run-flat tires installed on many armored vehicles will not do much good if the entire wheel has been blown off by an anti-tank weapon.

Armored vehicles are designed to protect occupants from an initial attack and to give them a chance to escape from the attack zone. It is important to remember that even the heaviest armored vehicles on the market do not provide a mobile safe-haven in which one can merely sit at the attack site and wait out an attack. If assailants know their target is using an armored vehicle, they will bring sufficient firepower to bear to achieve their goals. This means that if the driver freezes or allows his vehicle to somehow get trapped and does not “get off the X,” as the attack site is known in the protection business, the assailants can essentially do whatever they please.

It is also important to recognize that high-profile armored vehicles are valued by the cartels, and the types of vehicles usually armored generally tend to be the types of vehicles the cartels target for theft. This means that the vehicle you are riding in can make you a target for criminals.

While armored vehicles are valuable additions to the security toolbox, their utility is greatly reduced if they are not being operated by a properly trained driver. Good tactical driving skills, heightened situational awareness and attack recognition are the elements that permit a driver to get the vehicle off the X and to safety.

Lesson Three: Protect Your Schedule

Even for an organization as large and sophisticated as the Sinaloa Federation, planning and executing an operation like the Ruiz ambush took considerable time and thought. An ambush site needed to be selected and gunmen needed to be identified, assembled, armed, briefed and placed into position. Planning that type of major military operation also requires good, actionable intelligence. The planner needed to know the size of the Zetas convoy, the types of vehicles it had and its route and time of travel.

The fact that Los Zetas felt comfortable running that large a convoy in broad daylight demonstrates that they might have taken some precautionary measures, such as deploying scouts ahead of the convoy to spot checkpoints being maintained by Mexican authorities or a competing cartel. It is highly likely that they consulted with their compromised Mexican government sources in the area to make sure that they had the latest intelligence about the deployment of government forces along the route.

But the route of the Zetas convoy must have been betrayed in some way. This could have been due to a pattern they had established and maintained for such convoys, or perhaps even a human source inside the CPS, Los Zetas or the Mexican government. There was also an unconfirmed media report that Los Zetas may have had a base camp near the area where the ambush occurred. If that is true, and if the Sinaloa Federation learned the location of the camp, they could have planned the ambush accordingly — just as criminals can use the known location of a target’s home or office to plan an attack.

If an assailant has a protectee’s schedule, it not only helps in planning an attack but it also greatly reduces the need of the assailant to conduct surveillance — and potentially expose himself to detection. For security managers, this is a reminder not only that routes and times must be varied but that schedules must be carefully protected from compromise.

While the Ruiz ambush involved cartel-on-cartel violence, security managers in the private and public sectors would be well-served to heed the lessons outlined above to help protect their personnel who find themselves in the middle of Mexico’s cartel war.



Reprinting or republication of this report on websites is authorized by prominently displaying the following sentence, including the hyperlink to STRATFOR, at the beginning or end of the report.

Senin, Mei 23, 2011

Bisnis Halal Modal Hanya 180ribu Rupiah

Rekan2 sekalian,
Silahkan Dibaca Informasi Penting ini....
Karena informasi ini sangat bisa mengubah hidup Anda menjadi lebih baik....

Berawal rasa penasaran...kok sahabatku dan temen2 fb banyak yg share ke fb ku tentang program 5M ini... Awalnya aku ragu juga nih sama model bisnis ini, ternyata program bisnis ini beneran lho!!! Klik "gabung"..transfer uang pendaftaran 180rb aja.. Tidak ada satu pihak pun yg dirugikan di Program 5MILYAR ini. Ada segelinti...r orang beranggapan bahwa member terakhir-lah yg dirugikan, tapi anggapan ini tidak benar, karena faktanya tidak ada "member terakhir" dalam Program 5MILYAR ini. Seperti kita ketahui pertumbuhan pengguna internet di Indonesia yg mencapai 6 juta orang lebih per tahun, jauh lebih besar dibanding pertumbuhan peserta program ini. Jadi program ini abadi, tidak ada istilah "member terakhir" karena akan selalu ada 6 juta orang lebih pengguna baru internet tiap tahunnya yg berpotensi untuk menjadi member. Tertarik? langsung klik

http://www.program5milyar.com/?id=f_aldrian

O Ya ga usah terburu2..bacanya jgn terlewat 1katapun ya.. caranya gampang banget kok... tinggal klik

http://www.program5milyar.com/?id=f_aldrian

Lalu .... - isi form pendaftarannya.... - tunggu konfirmasi via email.. - transfer ke rekening para sponsor atau titip ke webmaster ( tapi klo menurut aku mending lgsung tansfer ke webmaster..lebih irit sms bankingnya kan? daripada kita transfer satu2 ke tiap2 level..) - lalu konfirmasi transferannya...ga sampe 1x24 jam uda ada konfirmasi kalo web sudah aktif... nah...tinggal promo..cuap2....& pantengin tu rekening "berjalan"nya... ya kaya sistem "fire and forget" lah

Bisnis ini 100% halal, bahkan Ust. Yusuf Mansyur pun memakai cara ini untuk Program Beliau yang berjudul "The Miracle of Giving". Bahkan sistem ini memiliki keistimewaan sendiri dari sistem randomizer-nya.

Masih bingung juga..bisa kok nanya2 keaku..bisa via inbox...email : f_aldrian@hotmail.com
SMS : 085234298776
jgn lupa yg diklik link ini yaa...:

http://www.program5milyar.com/?id=f_aldrian


Remember: just like "fire and forget"

Regards
Febby

Senin, April 25, 2011

Visiting India (Joining UNSLOC-9)


Well, last 2 month a go, I've joined an United Nations Staff and Logistics Officers Course-9 in New Delhi India, just 3 weeks after arrived in Jakarta for new duty as Personnel Administration Section Officer for Administration Directorate at IDF PKC Jakarta. So, without preparation at all, I went to India to joint the course (in fact, i just replaced my senior who couldn't attend the course because he had another important test to be followed). At that time, in my mind I only thought that I was traveled for vacation, for refresh my mind, not for study or joint the course... yeah, just to made my thinking more lighter for suddens task like this :) , took the benefit of this duty.

As you can see, that I had a chance to visited the famous Taj Mahal for the first time, and others tourist objects in India, for the good things that I could got from this task. Thank's to IDF PKC Deputy of Chief and Indonesian Defense Attache for India and Staff, for making this happens and running smoothly without any problems from the beginning till the end.

Fby, April 2011

Rabu, Januari 26, 2011

On Duty at PMPP TNI

Setelah selesai menjalankan misi di UNMIS (Sudan), saya mendapatkan penempatan/penugasan di PMPP TNI (Indonesian PKC) sebagai staf personel, mulai bulan Januari 2011 ini. Ya gak jauh2 sih dari kerjaan ngurusin administrasi personel, hanya lingkupnya lebih luas saja, dan jelas berkaitan langsung dengan misi pasukan perdamaian PBB. Semoga bisa melaksanakan tugas dengan baik, walaupun (lagi-lagi) jauh dari keluarga :(
Salam Garuda
Jakarta, Januari 2011